KH. R. ABDULLAH BIN NUH (PEJUANG KEMERDEKAAN RI DI CIANJUR)
KH R Abdullah Bin Nuh di Kabupaten Cianjur, merupakan tokoh agama Islam yang banyak berkiprah di berbagai bidang. Melalui kiprahnya, telah melahirkan berbagai gagasan.
KH R Abdullah Bin Nuh lahir di Cianjur tanggal 30 Juni 1905 dan wafat di Bogor tanggal 26 Oktober 1987. Kiyai ini merupakan maha guru bagi ulama. Selain itu, ia juga merupakan seorang sastrawan, pendidikan dan pejuang kemerdekaan.Kalau melihat kepada nasabnya. KH Abdullah bin Nuh itu putra dari KH Rd Nuh bin Rd H Idris bin Rd H Arifin bin Rd H Sholeh bin Rd H Musyidin Nata Praja bin Rd Aria Wiratanudatar V (Dalem Muhyiddin) bin Rd Aria Wiratanudatar IV(Dalem Sabiruddin) bin Rd Aria Wiratanudatar III (Dalem Astramanggala) bin Rd Aria Wiratanudatar II (Dalem Wiramanggala) bin Rd Aria Wiratanudatar I (Dalem Cikundul).
Kyai Maha Guru Bagi Para Ulama KH R Abdullah Bin Nuh, Kyai Maha Guru Bagi Para Ulama“Kiprah KH R Abdulah Bin Nuh, sejak kecil mendapat pendidikan agama Islam yang sangat keras dari ayahnya, KH R Muhammad Nuh Bin Muhammad Idris. Ia juga seorang ulama besar, pendiri sekolah Al I’nah,” kata pengurus DKM Masjid Agung Cianjur, Aguslani Muslih. Dia menjelaskan, dalam pengawasan ayahnya, Abullah kecil belajar agama dan bahasa Arab setiap hari. Sehingga dalam relatif muda, ia sudah mampu berbicara bahasa Arab. Disamping mampu pula menalar kitab alfiyah (kitab bahasa arab 1000 bait), serta secara swakarsa belajar bahasa Belanda dan Inggris. Berbekal ilmu yang telah dikuasainya. Abdullah muda, mengajar di Hadralmaut School. Sekaligus menjadi redaktur masalah Hadralmaut. Sebuah majalah mingguan berbahasa arab yang terbit di Surabaya sejak tahun 1922 hingga tahun 1926.
“Setelah itu, ayahnya mengirim Abdullah untuk menimba ilmu di
Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Setelah dua tahun
lamanya Abdullah belajar di Al-Azhar, Kairo Mesir. Kemudian, kembali ke
tanah air dan aktif mengajar di Cianjur dan Bogor. Hal itu dilakukannya
sejak tahun 1928 hingga 1943,” tuturnya.
Dia menambahkan, sekitar tahun 1943 hingga 1945. Abdullah terjun ke medan juang dan menjadi seorang Daidancho wilayah Cianjur, Sukabumi dan Bogor. Ia temasuk angkata pertama pemuda PETA yang dikirim ke Bogor, untuk mengikuti latihan ketentaraan.
Organisasi PETA sendiri, dibentuk atas inisiatif R Gatot Mangkupraja dan beberapa tokoh lainnya di tanah air. Dalam kencah perjuangan membela tanah air, Abdullah muda juga pernah memimpin BKR (Badan Keamanan Rakyat), serta TKR (Tentara Keamanan Rakyat). “Sekitar tahun 1948 hingga 1950, kiyai ini menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), di Jogjakarta, Jawa Tengah. Disamping aktif pula menjadi kepala seksi siaran Bahasa Arab, di RRI Jogjakarta serta dosen luar biasa pada Universitas Islam Indonesia (UII),” imbuhnya. (**)
Source: cianjurcybercity.com
Dia menambahkan, sekitar tahun 1943 hingga 1945. Abdullah terjun ke medan juang dan menjadi seorang Daidancho wilayah Cianjur, Sukabumi dan Bogor. Ia temasuk angkata pertama pemuda PETA yang dikirim ke Bogor, untuk mengikuti latihan ketentaraan.
Organisasi PETA sendiri, dibentuk atas inisiatif R Gatot Mangkupraja dan beberapa tokoh lainnya di tanah air. Dalam kencah perjuangan membela tanah air, Abdullah muda juga pernah memimpin BKR (Badan Keamanan Rakyat), serta TKR (Tentara Keamanan Rakyat). “Sekitar tahun 1948 hingga 1950, kiyai ini menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), di Jogjakarta, Jawa Tengah. Disamping aktif pula menjadi kepala seksi siaran Bahasa Arab, di RRI Jogjakarta serta dosen luar biasa pada Universitas Islam Indonesia (UII),” imbuhnya. (**)
Source: cianjurcybercity.com
Komentar
Posting Komentar